Siapa siii yang gak mau punya otak
encer, gampang menghapal dan mudah menerima pelajaran, semua orang pasti mau dong. Bahkan tak
sedikit orang tua yang meberikan anakya pelajaran tambahan demi menjadikan
anaknya cerdas. Namun terkadang dengan cara ini seorang anak menjadi tertekan
dan merasa lelah dalam belajar. Orang tua yang posesif hanya mampu memaksa
anaknya, sedang dia sendiri sibuk dengan dunianya. Anak dituntut belajar sedang
ia asyik nonton TV, aakah ini adil? Jika orang tua yang baik hendaknya mendampingi
anak ketika belajar. Dan jangan membebani anak terlalu susah/ aja k ia
bereklplorasi dan penuhi kebutuhan gizinya jikaingin menjadikan anak tersebut
cerdas.
Namun ternyata ada penelitian lain
mengenai kecerdasan seorang anak. Yaitu berdzikir, hemz ... apa ya hubungan
dzikir dengan kecerdasan? Mari kita simak ulasannya.
Sebelum saya
ulas maka saya akan meberikan sebuah ayat Al Quran berkenaan dengan dzikir:
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan tenteram hati
mereka dengan zikrullah, ketahuilah hanya dengan mengingat Allah itu, hati
menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d, ayat 28)
Dari
Abu Musa al-Asy’ari, Rasulullah saw bersabda : “Perumpamaan orang yang
berdzikir kepada Allah dengan yang tidak berdzikir, seperti orang yang hidup
dengan orang yang sudah mati” (HR. Bukhari).
Bila seseorang berzikir dengan mengulangi kalimat-kalimat thoyyibah,
seperti Subhanallah, Allohu Akbar, Alhamdulillah dan Astaghfirulloh beberapa kawasan otak yang terlibat menjadi
aktif. Ini menyebabkan satu aliran bio-listrik di wilayah saraf otak tersebut.
Bila zikir disebut dilakukan dengan berulang-ulang kali, aktivitas saraf ini
menjadi semakin aktif dan turut menambah tenaga bio-listrik. Lama-kelamaan
kelompok saraf yang sangat aktif ini mempengaruhi kelompok saraf yang lain untuk
turut sama aktif.
Dengan i, otak menjadi aktif secara keseluruhan.
Otak mulai memahami hal baru, melihat dari sudut perspektif berbeda dan semakin
kreatif dan kritis, sedang sebelum berzikir otak tidak begini. Otak yang segar
dan fit secara tidak langsung mempengaruhi hati untuk melakukan kebaikan dan
menerima kebenaran.
Hasil penelitian laboratorium yang dilakukan terhadap subjek ini dimuat
dalam majalah Scientific American, edisi Desember 1993.
Satu penelitian yang dilakukan di Universitas
Washington dan tes ini dilakukan melalui tes pemindaian PET yang mengukur kadar
aktivitas otak manusia secara tidak sadar.
Dalam penelitian ini, sukarelawan diberikan satu
daftar kata benda. Mereka diharuskan membaca setiap kata tersebut satu persatu
dan menghubungkan kata-kata dengan kata kerja yang terkait. Ketika sukarelawan
melakukan tugas mereka, beberapa bagian berbeda otak menunjukkan peningkatan
aktivitas saraf, termasuk di bagian depan otak dan korteks.
Menariknya, apabila sukarelawan ini mengulangi
daftar kata yang sama berulang-ulang kali, aktivitas saraf otak merebak pada
kawasan lain dan mengaktifkan kawasan saraf lain.
Ketika daftar kata baru diberikan kepada mereka,
aktivitas saraf kembali meningkat di daerah pertama. Ini sekaligus membuktikan
secara ilmiah bahwa kata yang diulang-ulang seperti perbuatan berzikir,
terbukti meningkatkan kebugaran otak dan menambah kemampuannya.
Dengan mengucapkan beberapa kalimat berulang kali
saja memudahkan kita untuk menghapal, apalagi ini adalah kalimat thiyyibah(kalimat
yang baik). Perlu diketahui, otak kita sekitar 80% adalah air, sebagaimana
sifat air yang sangat senstif, apabila ia diucapkan kalimat kalimat. Maka perlu
adanya kalimat yang bagus yang keluar dari lisan kita, agar otak menjadi
semakin baik. Dan menangkap respon positif dari luar. Sebaliknya otak yang
sering dipakai untuk mengucapkan kalimat negative ia akan mudah untuk melakukan
tindakan negative pula. Dan sebaik baik lantunan adalah latuna yang
mengingatkan kita pada Alloh, yaitu dzikir dan membaca Al Quran.